Menu

Mode Gelap
Satgas Pangan Polresta Tanjungpinang Lakukan Sidak Harga Beras untuk Jaga Stabilitas Pasar Hari Pahlawan 10 November, Ini 3 Nama Pahlawan Nasional Asal Kepri dan Jasa Perjuangannya Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry di Tanjungpinang 10 November 2025 Jambore PKK Bintan 2025 Resmi Ditutup, Kecamatan Toapaya Raih Juara Umum Wako Tanjungpinang Dorong Olahraga Karate Lebih Maju, Ini Pesannya ke FORKI Kemah Besar di Bukit Manuk, Ini Pesan Wako Tanjungpinang untuk Insan Pramuka

Kepri

Hari Pahlawan 10 November, Ini 3 Nama Pahlawan Nasional Asal Kepri dan Jasa Perjuangannya

badge-check


					Kolase foto Pahlawan Nasional dari Kepri.(Foto : Sumber Google Image) Perbesar

Kolase foto Pahlawan Nasional dari Kepri.(Foto : Sumber Google Image)

BINTAN, Kepri.info – 10 November, bertepatan pada hari Pahlawan Nasional,  Indonesia serentak mengenang jasa para pejuang bangsa dalam peringatan Hari Pahlawan. Momen ini bukan hanya sekadar upacara dan tabur bunga, tetapi juga refleksi mendalam tentang makna pengorbanan dan cinta tanah air.

Di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), semangat kepahlawanan itu tak hanya terukir lewat medan perang, namun juga mengalir dalam bait-bait sastra dan kearifan maritim.

​Kepri, yang dikenal sebagai “Bumi Segantang Lada” dan pusat peradaban Melayu, menyumbangkan tiga nama besar yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Mereka adalah Raja Haji Fisabilillah, Raja Ali Haji, dan Sultan Mahmud Riayatsyah.

Ketiga tokoh ini menjadi simbol unik perpaduan perjuangan fisik dengan kekuatan intelektual, yang secara kolektif berjuang melawan hegemoni kolonial.

​Pahlawan pertama dari Kepri adalah Raja Haji Fisabilillah (dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1997), seorang sosok laksamana yang gagah berani.

​Sebagai Yang Dipertuan Muda Riau IV (1777–1784) dari Kesultanan Riau-Lingga, beliau memimpin perlawanan maritim besar-besaran terhadap Belanda di Selat Malaka. Kegigihannya dalam memobilisasi armada laut Melayu menjadikannya musuh utama Kompeni Belanda.

Puncak perlawanannya adalah pertempuran sengit di Teluk Ketapang (Melaka) pada tahun 1784, di mana ia gugur sebagai syahid dalam upaya mempertahankan kedaulatan wilayah. Perjuangannya membuktikan bahwa laut adalah benteng terdepan bangsa.

Beliau dimakamkan di Pulau Penyengat Inderasakti, Tanjungpinang, sebuah pulau yang kini menjadi saksi bisu kejayaan dan pusat kebudayaan Melayu.

Tokoh kedua yakni Raja Ali Haji, cucu dari Raja Haji Fisabilillah, ​berbeda dengan perjuangan kakeknya, Raja Ali Haji (dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2004) memilih sastra sebagai alat perlawanan dan pembangun peradaban.

Beliau adalah seorang pujangga, ulama, dan sejarawan yang sangat berpengaruh pada abad ke-19. Kontribusinya dianggap fundamental dalam peletakan dasar-dasar Bahasa Indonesia modern melalui pembaruan Bahasa Melayu.

Karyanya yang paling terkenal adalah Gurindam 12 (1846), adalah mahakarya berisi petuah-petuah moral, agama, dan etika kepemimpinan yang relevan hingga kini. Beliau juga menulis Tuhfat al-Nafis, sebuah kronik sejarah Melayu yang penting dan menjadi referensi bagi ahli budaya dan sejarawan melayu saat ini.

​Tokoh ketiga adalah Sultan Mahmud Riayat Syah (dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2017), yang dikenal karena kecerdikannya dalam strategi politik dan militer.

Sebagai Sultan Johor-Riau-Lingga, beliau adalah pemimpin Melayu pertama yang tercatat melakukan perang gerilya laut secara terencana melawan Belanda. Ia memindahkan ibu kota kerajaan dari Hulu Riau ke Daik, Lingga, untuk menghindari serangan langsung Belanda, sebuah taktik brilian pada masanya.

Sultan Mahmud memerintahkan pembakaran istana dan gudang di Pulau Penyengat agar tidak jatuh ke tangan musuh, menunjukkan totalitas dalam melawan penjajah.

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepadanya pada tahun 2017 melengkapi pengakuan atas perjuangan Riau-Lingga yang tidak hanya bertumpu pada satu tokoh. Makam beliau berada di Daik, Lingga.

​Tiga serangkai pahlawan dari Kepri—Sultan Mahmud Riayat Syah, Raja Haji Fisabilillah, dan Raja Ali Haji—menawarkan sebuah perspektif utuh tentang perjuangan kemerdekaan.

​Kepahlawanan bukan hanya tentang mengangkat senjata, tetapi juga tentang menjaga martabat bangsa melalui bahasa, moral, dan kedaulatan. Para pahlawan Kepri mengajarkan kita bahwa pena sekuat pedang, dan kearifan politik sama pentingnya dengan keberanian di medan pertempuran.

​Hari Pahlawan ini adalah panggilan bagi generasi muda Kepri dan seluruh Indonesia untuk tidak hanya mengenang nama, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai yang mereka wariskan.(Drl)

Reporter : M.Nazarullah
Redaktur : Yulita Dani Kusumawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Satgas Pangan Polresta Tanjungpinang Lakukan Sidak Harga Beras untuk Jaga Stabilitas Pasar

10 November 2025 - 12:31 WIB

Jadwal Keberangkatan Kapal Ferry di Tanjungpinang 10 November 2025

10 November 2025 - 09:30 WIB

Jambore PKK Bintan 2025 Resmi Ditutup, Kecamatan Toapaya Raih Juara Umum

10 November 2025 - 09:25 WIB

Wako Tanjungpinang Dorong Olahraga Karate Lebih Maju, Ini Pesannya ke FORKI

10 November 2025 - 09:15 WIB

Kemah Besar di Bukit Manuk, Ini Pesan Wako Tanjungpinang untuk Insan Pramuka

10 November 2025 - 09:09 WIB

Trending di Kepri