Kepri.info – Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Tanjungpinang menggelar rapat koordinasi bersama seluruh anggota TPID secara virtual yang dipimpin oleh Staf Ahli bidang Ekonomi Pembangunan, Marzul Hendri didampingi Kepala Bagian Ekonomi Kota Tanjungpinang, Nofirman Syahputra yang berlangsung di Ruang Rapat Raja Haji Fisabilillah, Kantor Walikota Tanjungpinang, Selasa (17/11).
Menurut data yang dipaparkan oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepri dan BPS Kota Tanjungpinang, Menjelaskan bahwa IHK Kota Tanjungpinang pada November 2020 diperkirakan terkendali pada Kisaran 0,15 – 0,45% (mtm) atau 1,05 – 1,35% (yoy).
Terdapat beberapa potensi resiko tekanan inflasi yang perlu diwaspadai antara lain peningkatan curah hujan berpotensi mendorong kenaikan harga pada komoditas bahan pangan seperti cabai merah, bawang merah dan komoditas sayuran dikarenakan berkurangnya pasokan, gangguan cuaca (gelombang laut yang tinggi) menjelang akhir tahun dapat menghambat distribusi logistik dan bahan pangan, peningkatan tarif angkutan udara menjelang akhir tahun seiring masih terbatasnya rute penerbangan dari/ke Tanjungpinang. Namun demikian, secara umum daya beli masyarakat yang belum normal diperkirakan masih rendah dan menahan permintaan.
Sementara itu, data yang disampaikan oleh BPS Kota Tanjungpinang pada bulan Oktober 2020 komoditas dominan penyumbang inflasi di Kota Tanjungpinang terdiri dari cabai merah 0,25 %, angkutan udara 0,11%, bawang merah 0,06%, daging ayam ras 0,03%, ikan selar 0,03%, sotong 0,02%, ikan caru 0,01%, minyak goreng 0,01%, ikan layang, 0,01% dan ikan tongkol 0,01%.
Mengenai perkembangan harga bulan November 2020 (1), tercatat 28 komoditas barang/jasa kebutuhan masyarakat mengalami kenaikan harga yaitu cabai merah, bawang merah, ikan ekor kuning, ketimun, ikan layang/ikan benggol, cumi-cumi, gula pasir, ikan pinang-pinang, sotong, ikan asin teri, cabai rawit, kepiting/rajungan, kentang, besi beton, bawang putih, tauge/kecambah, susu bubuk untuk balita, susu bubuk untuk bayi, udang basah, ikan kaci, mie kering instant, cabai merah kering, minyak goreng, ikan tongkol, sabun detergen bubuk/cair, tepung terigu, mobil dan garam.
Inflasi Tahun 2021 berpotensi mendekati batas atas sasaran inflasi, inflasi inti dan administered price diperkirakan mengalami peningkatan, disebabkan oleh meningkatnya daya beli dan ekspektasi masyarakat seiring perbaikan kondisi perekonomian. Peningkatan resiko inflasi juga berasal dari kelompok volatile food dikarenakan harga bahan pangan yang relative rendah pada tahun ini. Hal ini perlu diantisipasi agar tidak mendorong inflasi secara keseluruhan meningkat mendekati batas atas sasaran inflasi 2021.