Menu

Mode Gelap
Penerapan Aturan Status Pegawai Tetap Pengemudi Ojol Menuai Pro Kontra Berikut Inilah Bahaya Pegang Bayi dan Tips Interaksi Pada Bayi yang Tepat Disnakertrans Kepri Luncurkan Kick Off Program Pemagangan Tenaga Kerja di PT BAI Ansar Ahmad Akan Perdakan Program Bantuan BPJS Untuk Nelayan Kepri Diseminasi Perlindungan PMI di Tanjungpinang: Fokus pada Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang BNN dan Disdik Tanjungpinang Bentuk Satgas P4GN di Sekolah, Tangkal Bahaya Narkoba

Head Line

Perjuangan Mantan Kuli Pembuat Batako Menuju Kursi Parlemen

badge-check


					Agung saat bercengkrama bersama Ibunda tercinta Syarminah di kediaman Ibunda Perum Kijang Kencana Tiga Batu 12 Tanjungpinang. (foto Joko untuk kepri.info). Perbesar

Agung saat bercengkrama bersama Ibunda tercinta Syarminah di kediaman Ibunda Perum Kijang Kencana Tiga Batu 12 Tanjungpinang. (foto Joko untuk kepri.info).

Agung saat bercengkrama bersama Ibunda tercinta Syarminah di kediaman Ibunda Perum Kijang Kencana Tiga Batu 12 Tanjungpinang. (foto Joko untuk kepri.info).

*Menelisik Sosok Agung Wira Dharma, Caleg DPRD Kepri dapil Kota Tanjungpinang.

TANJUNGPINANG, Kepri.Info – M. Agung Wira Dharma, SH adalah nama yang tak asing lagi bagi sebagian warga di Kota Tanjungpinang. Pasalnya, Suami mantan Walikota Tanjungpinang Hj. Rahma, S.IP, MM tersebut selain dikenal sebagai advokat/pengacara kawakan di Propinsi Kepulauan Riau Umumnya dan Kota Tanjungpinang khususnya, juga adalah sosok pengusaha muda yang cukup sukses pada bidang pertambangan yang digelutinya.

Namun siapa sangka, jika dibalik kesuksesannya tersebut, sosok Agung yang kini mantap maju sebagai Calon Anggota Legislatif DPRD Provinsi Kepulauan dari Partai Nasdem Nomor Urut 5 untuk Daerah Pemilihan Kota Tanjungpinang ini, pernah mengalami masa-masa sulit dan getir semasa hidupnya. Terutama saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar dan menengah hingga masa perkuliahannya.

Kesulitan ekonomi yang dihadapinya telah menempa Agung kecil menjadi sosok yang berkarakter seperti sekarang ini. Sedari kecil dia harus bekerja banting tulang memutar otak bagaimana caranya bisa membantu perekenomian keluarganya agar ”dapur tetap berasap”.

”Saat pulang sekolah (SD, red) apabila air laut sedang surut, biasanya agung selalu pergi mengarungi lumpur laut tidak jauh dari pulau bayan gudang minyak untuk mencari kijing dan remis, sejenis makanan laut yang memiliki nilai jual. Uang hasil penjualannya tersebut bisa digunakannya untuk membantu meringankan beban orang tua membeli sembako dan sebagiannya lagi untuk dimakan bersama keluarga ujar Agung bernostalgia saat dijumpai di kediamannya di Perum Kijang Kencana 3 Tanjungpinang.

Tak hanya itu, Agung kecil juga tidak segan dan malu untuk mencari dan mengumpulkan barang-barang bekas yang bernilai ekonomis seperti kaleng minuman ringan dan botol botol bekas limun dan kecap untuk dijual sebagai tambahan penghasilan. Uang hasil penjualannya ia serahkan seluruhnya kepada ibunda untuk membantu meringankan beban orang tuanya.

Masa kecil Agung tidaklah seindah seperti anak anak seusianya yang hidup dalam lingkungan keluarga berkecukupan. Waktu senggang sepulang sekolahpun terkadang jarang digunakannya untuk bermain.

Bahkan, setelah menamatkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Tanjungpinang, Agung tidak bisa langsung melanjutkan pendidikannya untuk kuliah di perguruan tinggi karena faktor ekonomi yang tidak mendukung. Apalagi saat itu kondisi sang ayah sedang tidak baik baik saja.

”Ayahnda (almarhum Mochamad Zen/Jurnalis, red) saat itu sedang sakit,” ucap Agung sambil menerawang kosong mengenang kegagalannya melanjutkan kuliah di tahun pertama kelulusannya.

Hampir selama satu tahun setelah tamat SMA, Agung hidup prihatin dan mengisi hari harinya dengan bekerja sebagai kuli bangunan membuat cincin sumur dan batako di CV Aneka Karya di Batu 2, dengan upah lebih kurang Rp12 ribu per minggu.

”Setiap Sabtu terima upah. Lumayanlah dari pada duduk nganggur tidak bekerja di rumah. Penghasilan Ayahanda sebagai seorang wartawan atau jurnalis saat itu sangat minim, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga,” ujar Agung dengan nada lirih.

Sulitnya kehidupan ekonomi keluarga ini diceritakan Syarminah (76) ibunda Agung saat dijumpai di kediamannya, Jumat 2/2/2024). Kebingungan kadang menyelimuti ketika sedang tidak ada uang ditangan sementara persediaan pangan di rumah sudah habis.

”Saya sebagai Ibu kerap kali kebingungan mana kala anak-anak akan pulang sekolah. Sementara makanan belum tersedia di meja. Kalau tidak ada yang dimasak, nanti mereka makan apa? Pasti lapar, sementara sudah tidak ada lagi bahan makanan yang bisa dimasak,” ujar Syarminah dengan nada terbata-bata seraya menatap Agung yang saat itu kebetulan sedang duduk di sampingnya.

Syarminah juga menjelaskan bahwa keluarganya tergolong keluarga besar. Anak-anaknya seluruhnya berjumlah 8 orang, empat laki laki dan empat perempuan.

”Kadang untuk makan, ibu cuma mampu beli supermi dua bungkus. Ibu masak dengan air kuahnya yang banyak supaya cukup. Lalu ibu bagi untuk anak-anak makan secara merata. Jarang sekali kami makan makanan yang enak dan mahal. Bahkan terkadang anak anak makan hanya dengan lauk kerupuk saja. Kerupuknya diremas dan digaul dengan nasi lalu dikasi kecap. Anak-anak termasuk Agung sudah terbiasa makan makanan seperti itu” lirihnya dengan mata berkaca kaca mengenang masa lalunya.

Agung itu dari kecil tidak bisa diam. Ada saja yang ingin dikerjakannya. Rajin belajar dan selalu juara kelas, patuh dan berbakti kepada orang tuanya.

Tidak hanya mencari nafkah tambahan. Mengangkat air sumur mengisi bak mandi adalah tugas rutin yang dilakukannya setiap hari pagi dan sore. Semuanya dilakukannya dengan ikhlas.

Pantas jika Allah SWT berikan ganjaran perbuatannya tersebut dengan rezeki yang lebih dari cukup dan kesuksesan dalam kehidupannya kini.

Kendati hidup dalam kondisi serba kekurangan, imbuh Syarminah, Alhamdulillah semuanya bisa dilaluinya, dengan kerja keras, berdoa dan bersyukur.

Agung sejak kecil memahami betul kondisi ekonomi keluarga. Makanya dia selalu giat bekerja membantu orangtua mencari nafkah.

”Agung kalau sudah terima gaji (dari kuli bangunan, red) selalu memberikan seluruh uangnya kepada Ibu. padahal ibu sering menolaknya. Kasihan dia yang banting tulang tapi tidak menikmati hasil keringatnya. Setiap kali ditolak, dia selalu memaksanya. Ini semua untuk mamak katanya. Padahal uang itu bisa saja digunakannya untuk jajan atau membeli apa yang dibutuhkannya, Agung itu terbiasa hidup prihatin,” ujarnya.

Pernah suatu ketika, Agung bersama empat orang temannya satu kelas semasa SD, difoto bareng depan sekolahnya di SDN 055 batu 2 gang sederhana. Sekarang namanya gang meranti depan swalayan Bintang Rezeki.

Salah satu anak yang ada di foto itu memperlihatkan foto tersebut pada ibu. Foto yang cukup membuat hati ibu sedih. Kenapa?

”Karena hanya Agung satu satunya difoto itu yang pakai sandal jepit, tidak pakai sepatu. Anak lainnya semuanya pakai sepatu. Saat itu, ibu hanya diam tidak berkomentar. Sebagai seorang ibu tentu ingin melihat anaknya sama dengan anak lainnya. Bukan tak mau anak ibu pakai sepatu. Sepatunya tidak bisa dipakai karena koyak. Mau beli yang baru belum ada duit. Bahkan tas sekolah pun kadang diganti pakai kantong kresek. Begitulah prihatinnya kehidupan Agung,” ujar Syarminah nampak menitikan air mata.

Ucapan bernada miring dan pesimis juga kadang datang dari sanak keluarga sendiri, manakala Agung bisa melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Jambi.

Tak jarang mereka mencibir saat mendengar Agung kuliah. Bahkan ada yang memprediksi Agung bakal berhenti kuliah di tengah jalan akibat kekurangan biaya.

”Tapi Allah itu maha adil dan maha kuasa. Ternyata agung bisa mendapatkan beasiswa. Sehingga sangat membantu meringankan beban biaya kuliahnya. Selesai kuliah dia jadi pengacara Antam. Perusahaan tambang yang ada di Kijang. Dari situlah karirnya berkembang sampai saat ini. Alhamdulillah kuasa Allah ibu masih bisa menyaksikan agung sukses bekerja,” ujarnya.

Ditambahkan, Agung adalah sosok anak yang tidak lupa pada masa lalunya. Walaupun kini karir dan kehidupannya sudah lebih baik, Agung tidak lupa dan tetap peduli dengan keluarganya. Di mata keponakan-keponakannya, Agung adalah sosok seorang paman yang sangat dekat dengan semua keponakannya.

”Selalu membantu bila ada adik-adiknya yang kesusahan. Tidak pernah bermewah mewah dalam penampilan. Penampilannya biasa saja walaupun dia mampu membeli pakaian yang mahal. Kalau tidak percaya datang saja kerumahnya.

Tampak kedekatan Agung dengan semua keponakannya saat bermain sambil hujan-hujanan hanya menggunakan kaos singlet putih dan celana pendek. (foto: koleksi pribadi Agung untuk kepri.info).

”Lihatlah pakaian sehari hari yang dikenakannya. Cukup Celana pendek dengan kaos singlet. Seperti itu setiap hari. Kalau jalan keluar rumah tak pernah pakai sendal. Kaki ayam. Sampai pernah ada tamu yang datang tidak mengenalnya sebagai suami walikota. Dikira pembantu karena hanya pakai pakaian seadanya,” ujar syarminah sambil tertawa.

Ketika ditanyakan saat ini apa yang paling membuat ibu bahagia. Syarminah menjawab hal yang paling membuat dirinya bahagia adalah anak-anaknya termasuk Agung yang selalu ada disamping saat ibu sudah tua begini,” ujarnya dengan nada lirih seraya mengusap linangan air matanya disambut pelukan hangat dari agung disampingnya.

Sungguh sebuah pemandangan yang membuat hati siapapun akan terenyuh bila melihatnya. Karena begitu kuatnya hubungan emosional antara ibu dan anaknya.

Pulang Pergi Ke Sekolah Selalu Jalan Kaki.

Di tempat terpisah Laila (50) salah seorang rekan sekolah Agung dari sejak bangku SMP hingga SMA, saat dihubungi media ini membenarkan, bila Agung sejak kecil sudah terbiasa hidup mandiri. Dengan memulung barang bekas, cari kijing hingga kerja kuli bangunan. Dilakukannya tanpa malu.

”Kami pergi dan pulang sekolah selalu jalan kaki, kenapa? Alasan pertama jalan kaki itu sehat, alasan kedua ya karena tak cukup duit ujar laila sambil tertawa. Jangankan mau naik angkot, uang jajan aja jarang sekali kami ada. Kalau pun ada cuma berapalah hanya bisa beli air sirup segelas” ujar Laila yang mengaku saat ini bekerja sebagai personalia di salah satu perusahaan asing terkemuka di Pulau Batam.

Ungkapan senada juga dikemukakan Basri (63) seorang penjual ikan bakar di jalan sei jang Tanjungpinang, dahulu tetangga Agung saat tinggal di Batu 2.

Agung Wira Dharma yang secara tidak sengaja berjumpa Basri (73) Penjual Ikan Bakar di Kedai Kopi Nyaman Seijang, Tanjungpinang. (Foto: Joko untuk kepri.info)

”Agung itu berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Anaknya pintar dan rajin. Dia kalau pulang sekolah sering ke laut cari kijing, remis untuk dijual. Ada aja yang dibuatnya. Kadang cari barang-barang bekas. Tidak sombong suka bantu orang. Sampai sekarangpun masih seperti itu ujarnya sembari mengaku salut dengan kondisi Agung saat ini yang kehidupannya berubah 180 derajat.

Mbah Suparmi (83), salah seorang rekan agung sesama mantan karyawan CV Aneka Karya yang memproduksi bahan-bahan bangunan di Jalan Brigjen Katamso Batu 2, ketika diwawancara awak media mengaku tak menyangka jika nasib dan garis tangan Agung sebaik sekarang ini.

Agung nampak akrab dengan sesama rekan eks CV Aneka Karya Mbah Suparmi (83) dan Mbah Siti (84). (foto Joko untuk kepri.info)

”Dulu Agung itu badannya kurus, jelek. Dari dulu dekat sama mbah. Mbah ini tempat curhatnya. Kalau ada masalah cerita ke mbah. naksir cewek cerita ke mbah. Tapi kena tolak, ledeknya sambil tertawa. Agung kerjanya di bagian buat cincin sumur dan cetak batako. Kami kerja kompak saling tolong menolong. Pulang kerja jalan kaki sama sama” ujar Suparmi saat dijumpai di kediamannya di Gang kenanga 2 Batu 2,5 Tanjungpinang.

Tak saja itu, Suellyawati mantan Kerani (Mandor) CV Aneka Karya saat di jumpai di lokasi jualan pecalnya di samping praktek dokter bob ginting Batu 2 Tanjungpinang, pun mengisahkan hal serupa.

Agung bersama Suelyawati mantan Kerani CV Aneka Karya yang kini jualan Pecel di Batu 2,5 Samping Praktik Dokter Bob Ginting. (foto Joko untuk kepri.info).

”Agung itu anaknya rajin, disiplin, hormat sama orang tua. Dulu kak el yang ngawasi kerja mereka. kami setiap sabtu gajiannya, walau upah tidak seberapa namun alhamdulillah berkah,” demikian Kak El sapaan akrabnya.
Agung itu tidak pernah melupakan kami kawan satu tempat kerja walaupun sekarang dia sudah jadi orang hebat. Kami semua hanya bisa berdoa semoga agung terpilih menjadi anggota dewan sehingga harapan kami sebagai masyarakat kecil bisa terwujud. Aamiin,” ujanya mengakhiri.

Laporan: Ishiki
Editor: Ogawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Penerapan Aturan Status Pegawai Tetap Pengemudi Ojol Menuai Pro Kontra

4 Oktober 2024 - 17:08 WIB

Berikut Inilah Bahaya Pegang Bayi dan Tips Interaksi Pada Bayi yang Tepat

4 Oktober 2024 - 16:54 WIB

Disnakertrans Kepri Luncurkan Kick Off Program Pemagangan Tenaga Kerja di PT BAI

4 Oktober 2024 - 12:19 WIB

Ansar Ahmad Akan Perdakan Program Bantuan BPJS Untuk Nelayan Kepri

4 Oktober 2024 - 12:10 WIB

Diseminasi Perlindungan PMI di Tanjungpinang: Fokus pada Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang

4 Oktober 2024 - 10:00 WIB

Trending di Kepri