![](https://kepri.info/4rie-eval/uploads/2020/11/WhatsApp-Image-2020-11-24-at-18.30.35.jpeg)
Sambutan Sekretaris Camat Bukit Bestari, Dody.
Tanjungpinang, Kepri.info – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tanjungpinang menginginkan setiap kelurahan setempat mempunyai satu kampung iklim.
“Kita ingin setiap kelurahan yang ada di Kota Tanjungpinang ini setidaknya memiliki satu kampung Iklim,” ucap Kepala DLH Tanjungpinang, Hendri, Selasa (24/11).
Dia menjelaskan, program kampung iklim (Proklim) menciptakan masyarakat yang memahami permasalahan perubahan iklim dan dampaknya.
Selain itu melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara proaktif yang berkontribusi dalam pencapaian pembangunan nasional yang berkelanjutan.
“Beberapa akibat dari perubahan iklim yakni gagal panen, hama, suhu naik, cuaca tak menentu, kekeringan, banjir, puting beliung, penyakit (DBD, malaria, diare),” kata Hendri.
Ia menegaskan terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk menghadapi perubahan iklim yaitu adaptasi dan mitigasi.
![](https://kepri.info/4rie-eval/uploads/2020/11/WhatsApp-Image-2020-11-24-at-18.30.12.jpeg)
Pemaparan Materi oleh Kepala DLH Tanjungpinang, Hendri.
Adaptasi yaitu menyesuaikan perubahan terhadap dampak lingkungan yang tidak dapat dihindari serta mampu mengurangi dampak negatif dan mengambil manfaat positif.
Sedangkan mitigasi adalah mengatasi penyebab usaha penanggulangan untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi.
Selain kampung iklim, DLH juga berharap setiap RW yang ada di masing-masing kelurahan mempunyai bank sampah, baik itu organik maupun non organik.
“Sampah organik bisa dijadikan kompos untuk pupuk tanaman, dan sampah non organik dapat diolah salah satunya menjadi ecobrick,” kata Hendri.
Semua olahan sampah bisa bernilai ekonomis yang dapat diperoleh pada setiap pengelolaan bila dikelola dengan baik.
Sementara itu, menurut Ketua LSM ALIM, Kherjuli, Proklim merupakan program lingkungan hidup di tingkat tapak (RW/Dusun) yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah, potensi, dan masalah yang terintegrasi dengan banyak sektor kehidupan.
![](https://kepri.info/4rie-eval/uploads/2020/11/WhatsApp-Image-2020-11-24-at-18.31.16.jpeg)
Penyampaian Materi oleh Ketua LSM ALIM, Kherjuli.
Masalah lingkungan di beberapa lokasi dapat teratasi meskipun belum seluruhnya ada Proklim.
“Seperti banjir, kekeringan, longsor, ketahanan pangan, kebakaran hutan, lahan, pencemaran air dan udara, sampah, limbah, erosi pantai, rob dan lainnya,” tutur Kherjuli.
Walau belum mampu menyelesaikan semua persoalan, setidaknya potensi masalah dan capaian terukur dalam Sistem Registrasi Nasional (SRN) dengan adanya Proklim.
“Tidak saja terukur, tetapi perubahan fisik dan perilaku warga juga nampak dengan kasat mata,” katanya.
Selain itu, sambung Kherjuli, beberapa lokasi Proklim ada yang berubah menjadi destinasi wisata berbasis lingkungan hidup. Sehingga, memberikan peningkatan ekonomi masyarakat lokal.
“Selain bermanfaat untuk lingkungan hidup, Proklim juga bermanfaat bagi sosial dan ekonomi secara selaras,” katanya.
![](https://kepri.info/4rie-eval/uploads/2020/11/WhatsApp-Image-2020-11-24-at-18.41.47.jpeg)
Foto bersama.
Sekretaris Camat Bukit Bestari, Dody, menyambut baik kegiatan pembinaan kampung iklim yang digelar di Aula Kantor Kecamatan Bukit Bestari.
“Kota Tanjungpinang kemarin juga mendapatkan apresiasi/penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ucapnya.
Dody menaruh harapan besar dengan adanya kegiatan pembinaan kampung iklim ini. Dia ingin di Kecamatan Bukit Bestari memiliki wilayah Proklim yang bisa dikembangkan.
“Potensi juga sangat banyak serta kearifan lokalnya menunjang,” katanya.
(pan)