TANJUNGPINANG, Kepri.info – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tanjungpinang menggelar rapat teknis penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) Digital Muatan Lokal Budaya Melayu Tahun 2025, Rabu (09/07/2025), di SMP Negeri 1 Tanjungpinang.
Rapat dihadiri Kepala Sekolah SMPN 1, Kepala SDN 003 Bukit Bestari, serta tim teknis Diskominfo Tanjungpinang.
Program LKS Digital Budaya Melayu merupakan gagasan Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, bersama Wakil Wali Kota Raja Ariza, yang bertujuan menanamkan nilai-nilai budaya Melayu sejak dini melalui jalur pendidikan formal.
LKS Digital Budaya Melayu dijadwalkan mulai digunakan secara bertahap pada tahun ajaran 2025/2026 di seluruh SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di Kota Tanjungpinang.
Materi akan dikembangkan sesuai jenjang pendidikan dan dirancang agar relevan dengan karakteristik peserta didik dalam memahami kekayaan budaya lokal.
Dalam rapat tersebut, sejumlah poin teknis dibahas, mulai dari struktur isi, format penyajian, hingga metode distribusi.
Setiap LKS dirancang untuk satu semester, terdiri atas 3–4 bab dengan sub bab, dan akan tersedia dalam versi cetak serta digital interaktif.
Format digital akan dilengkapi visual pendukung serta barcode menuju materi multimedia.
Kepala Diskominfo Kota Tanjungpinang, Teguh Susanto, melalui Kepala Bidang Statistik dan Persandian, Ririn Noviana, menyampaikan, meskipun kurikulum muatan lokal budaya Melayu belum secara resmi disahkan di tingkat provinsi dan belum tercantum dalam sistem Dapodik jenjang SMP, LKS Digital tetap akan menjadi pedoman bagi guru dalam mengajar.
“Walaupun belum masuk dalam Dapodik, LKS ini bisa menjadi rujukan untuk guru dalam menyampaikan materi budaya Melayu di kelas,” ujar Ririn.
Ia juga membuka ruang masukan dari kepala sekolah dan guru terkait penyusunan materi.
Menurutnya, LKS Digital ini dapat mengacu pada silabus yang telah digunakan di SMP, sekaligus memperhatikan format LKS jenjang SD yang sudah lebih dulu dicetak dan disebarkan.
“Kami sudah memiliki gambaran umum isi LKS, baik untuk siswa SD kelas 1–6 maupun SMP kelas 7–9. Saat ini sudah ada acuan awal yang bisa dikembangkan,” tambahnya.
Kepala SMPN 1 Tanjungpinang, Muhammad Dirman, menyampaikan dukungannya terhadap program ini.
Menurutnya, selama ini guru belum memiliki bahan ajar yang terstruktur untuk muatan lokal budaya Melayu.
“Kami tidak punya guru khusus untuk mata pelajaran muatan lokal. Biasanya kami minta bantuan guru lain, dan materi pun diambil dari internet. Dengan adanya LKS digital ini, pembelajaran akan lebih terarah dan sesuai dengan konteks lokal,” katanya.
Ia juga menegaskan sekolah siap mendukung upaya wali kota dan wakil wali kota dalam memperkenalkan budaya Melayu kepada peserta didik sejak tingkat dasar hingga menengah.
Sementara itu, Kepala SDN 003 Bukit Bestari, Akta Patmasari, menyampaikan bahwa di jenjang SD, muatan lokal masih bisa diakomodasi oleh guru kelas.
Menurutnya, buku muatan lokal budaya Melayu edisi terbaru sudah mulai digunakan dalam pembelajaran, meski belum sepenuhnya optimal.
LKS Budaya Melayu untuk jenjang SMP meliputi tema permainan rakyat, peralatan adat, tarian, musik, pengobatan tradisional, sastra lisan dan tulis, gelar kebangsawanan, pakaian adat, sejarah Tanjungpinang dan Pulau Penyengat, hingga upacara adat serta cerita rakyat Kepulauan Riau.
Sedangkan untuk jenjang SD, LKS dirancang sesuai pemahaman anak, seperti materi tentang tata krama kepada orang tua, guru, dan tamu, perbendaharaan kosakata Melayu, pengenalan aksara Arab-Melayu, hingga adat dan budaya Melayu yang dikemas secara kontekstual dan menarik. (Redaksi/rilis)








