TANJUNGPINANG,Kepri.info – Dalam upaya menjaga kedaulatan pangan di wilayah perbatasan, Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kepulauan Riau (Karantina Kepri) menjalin koordinasi erat dengan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I).
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas berbagai isu strategis dalam sistem perkarantinaan serta mendukung upaya ketahanan pangan di Kepulauan Riau.
Kepala Karantina Kepri, Herwintarti, mengungkapkan bahwa wilayah Kepri memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga keamanan pangan karena berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura, yang menjadikannya rentan terhadap penyelundupan media pembawa.
“Kami membahas berbagai strategi untuk memperkuat sistem perkarantinaan di wilayah ini guna mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan posisi geografis yang strategis, pengawasan harus lebih ketat agar peredaran komoditas pangan tetap terjaga dan bebas dari ancaman penyelundupan,” jelas Herwintarti, Jumat (21/2/2025).
Dalam pertemuan tersebut, Herwintarti memaparkan tugas dan fungsi (tusi) karantina yang mencakup pre-border, border, dan post-border.
Pendekatan ini dinilai sebagai strategi penguatan sistem perkarantinaan yang terintegrasi bersama berbagai entitas, terutama di wilayah perbatasan.
Karantina Kepri memiliki peran penting dalam pertahanan hayati (biodefense), dengan menerapkan sistem perlindungan secara terpadu, komprehensif, dan berkelanjutan.
Upaya ini juga sejalan dengan arahan Kepala Barantin, Sahat M. Panggabean, dalam Rakornas pada Januari lalu di Jakarta, terkait perlunya sinergi antar-instansi dalam menjaga wilayah perbatasan dari ancaman biologis yang dapat berujung pada pandemi penyakit menular.
“Sistem pertahanan hayati ini bukan hanya untuk menjamin ketahanan pangan nasional, tetapi juga sebagai langkah strategis dalam mencegah ancaman biologis seperti bioterorisme yang dapat berdampak luas bagi masyarakat,” tambahnya.
Dalam diskusi, kedua pihak sepakat untuk mengoptimalkan pengawasan bersama antara Karantina Kepri dan Kogabwilhan I.
Pengawasan ini akan dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, melibatkan berbagai kekuatan, baik dari laut, udara, maupun darat.
Selain aspek pengawasan, pertemuan ini juga menyoroti pentingnya hilirisasi komoditas unggulan Kepri dengan melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal serta mendorong pemanfaatan sumber daya secara lebih optimal.
“Kami akan segera membentuk tim gabungan untuk memastikan ketersediaan pangan yang sehat dan aman menjelang Ramadan dan Idulfitri. Sinergi ini juga bertujuan untuk menjamin kesehatan pangan sebelum didistribusikan serta menekan risiko perdagangan ilegal,” jelasnya.
Berdasarkan data Karantina Kepri tahun 2024, telah dilakukan 196 kali penahanan, 19 kali penolakan, dan 39 kali pemusnahan terhadap barang yang tidak memenuhi ketentuan karantina.
Saat ini, terdapat 146 titik pemasukan dan pengeluaran di wilayah Kepri, yang menjadi fokus pengawasan dalam menjaga keamanan pangan dan peredaran komoditas pertanian.
Panglima Kogabwilhan I, Kunto Arief Wibowo, menyatakan dukungan penuh terhadap upaya Karantina Kepri dalam menjaga kedaulatan pangan dan keamanan perbatasan.
“Kami siap mendukung tugas dan fungsi Barantin demi menjaga ketahanan pangan serta melindungi wilayah Kepri dari potensi ancaman pangan ilegal,” ujarnya.
Sebelumnya, koordinasi antara Kepala Barantin, Sahat M. Panggabean, dan Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, telah dilakukan pada 13 Februari 2025.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai kerja sama strategis di bidang pengelolaan sumber daya manusia, pendidikan, serta kerja sama teknis lainnya guna mendukung kedaulatan pangan dan perlindungan negara.
Melalui kolaborasi antara Karantina Kepri dan Kogabwilhan I, diharapkan sistem perkarantinaan di perbatasan semakin kuat, sehingga ketahanan pangan nasional tetap terjaga dan terlindungi dari ancaman eksternal.(Rik)